Relief ini merupakan salah satu perlengkapan dalam
prosesi adat keagamaan hindhu bali yg dipakai untuk simbolis wujud dewa – dewi
sebagai pancaran suci dari Tuhan yg esa HYANG
WIDHI, di mana sejak dahulu umumnya .. patung ..atau relief yg di sakralkan oleh
masyarakat bali …yang terpasang pada daksina _daksina hias yg di
letakan di setiap2 pelinggih atau bangunan2 suci di pura dan sanggah pemerajan
,setiap bangunan dan pelinggih2 tersebut bentuknya berbeda2 gambarnya , umumnya
terbuat dari bahan kayu yg sepesial yg di yakini sebagai kayu ratu… seperti :kayu
cendana ,majegau , cempakan dan ada
juga relief ini terbuat dari bahan logam
mulia ,pancadatu ,emas dan perak…juga biasanya
di hiasi batu permata dan batu
mulia.
Seiring berjalannya waktu kami ikut
mengarap relief seperti ini … dimana perkembangan perjalan sebuah karya apa lagi yg
menyangkut kepercayaan’’ sangatlah banyak sekali di perbincangkan dan
di perdebatkan …dari segi fisik konsep dan ritualnya.
Begitu beragam dan banyaknya pemahaman
masyarakat bali kaya akan budaya yg adiluhung warisan turun temurun
dari para leluhur.
dalam karya yg kami buat tak hayal juga dipertanyakan dan sering diperdebatkan karena sering kami mendengar keluhan dan permasalahan umumnya pererai atau pretimayg dahulu terbuat dari bahan kayu yang hanya di pulas dengan tinta atau cat pada waktu itu seiring lamanya waktu karna termakan usia gambarnyapun memudar dan banyak yg hilang yg tinggal kayu dasarnya saja sehingga sangat sulit sekali dikenali gambarnya … dan tak bisa di bedakan satu dengan yg lainnya . Sebenarnya kami tidak sengaja dalam mengarap apa lagi mengkomersialkan simbolis yg diangap suci dan di sakralkan umat hindhu kususnya di BALI , kebetulan saja kami tumbuh di lingkungan yang sedikit memiliki ktrampilan memahat ,mengukir maupun melukis kami di tunjuk dan dipercayai oleh sesepuh atau pengurus desa” atas petunjuk pendeta (pedanda) yg merasa pererai yg dulu sering mendapat persalahan seperti urain tadi gambarnya mudah hilang perlu di perbaharui dalam bentuk fisiknya .Di dasarkan rembug dan di dasari acuan lontar dan sastra akhirnya di sepakati kami membuat dalam bentuk relief plat dari kayu yg di ukir dan diwarnai ada pun sedikit perubahan umumnya bentuk perarai dalam bahasa bali bisa diartikan muka atau wajah memang dulu di buat berbentuk plat hanya bergambar wajah saja atas saran pendeta kalau hanya di buat paras wajah saja masih sulit membedakan satu dengan yg lainya hampir mirip dan masih sulit di bedakan, menurut beliau memang ada referensi dari lontar atau sastra, rajah yg gambarnya bisa membedakan adalah atribut ..sperti busana , senjata dan sikap tubuh … dan banyaknya tangan ( tetanganan)
oleh pada acuan itu kami sekarang membuat pererai dari bahan kayu yg masih berbentuk plat yg sekarang di lengkapi sikap tangan ,atribut busana dan senjata ada juga beberapa lengkap wahana (kedaraanya ), sehingga itulah yg menjadi di pertanyakan” karna setiap desa juga beragam menyebutnya seperti pratima dan pererai dan ada juga yg fanatik mengkritis… perarai itu asal katanya berarti muka atau wajah sedangkan yg kami buat ada sedikit perbedaan “karna kami merasa dan memiliki pemahaman itu adalah simbolis yg kebenaranya kami tidak tau juga tentang kebenaran yg sesungguhnya sperti apa wujud dan paras dewa yg kami buat , kami hanya manusia biasa yg tak tau apa apa dan mungkin sangat lancang, karna itu masalah kepercayaan dan keyakinan org berbeda ‘ ’
dalam pengarapan kami
ini apalah kami, hanya manusia biasa yg hanya bisa memahat mengukir
dansedikit melukis …. Masalah benar salah dalam bentuk wajah dan atribut busana
dan warna kami tidak tau pasti
kebenarannya ….hanya mengacu pada
tapsiran yg sudah ada dalam bentuk sastra dan lontar rajah yg sudah dari jaman
dahulu ,dan karna
kami merasa kurang , sebelum menjalani sebuah prosesi ritual , kami
berharap beliau berkenan menuntun kami
dan mengampuni kelancangan kami,dan orang yg menggarapun perlu melakukan
prosesi pembersihan diri sebelum
menggarap istilahnya pewintenan tertentu
smoga tidak ada petaka,atau tulah
dening sastra dan umumnya kami memilih hari hari baik yg kerap disebut
‘’ dewasa ayu ‘’ dalam mengarap
patung yg akan di sakralkan dengan
harapan karya itu bisa suci , lambat
laun bisa di terima hal layak ..
kami merasa senang beiring waktu berjalan karya kami di pakai dan diprgunakan sesuai harapan kami telah di pakai di lingkungan kami …tersebar di kota seluruh BALI . ada juga sampai ke sbagaian pulau JAWA , SULAWESI dan ada kota2 se INDONESIA maupun sdikit ada sampai di luar negeri’’ yg meyakini hindhu dharma .
kami merasa senang beiring waktu berjalan karya kami di pakai dan diprgunakan sesuai harapan kami telah di pakai di lingkungan kami …tersebar di kota seluruh BALI . ada juga sampai ke sbagaian pulau JAWA , SULAWESI dan ada kota2 se INDONESIA maupun sdikit ada sampai di luar negeri’’ yg meyakini hindhu dharma .
mohon maaf bila
ada kata kata yg tidak berkenan kami
hanya bisa berkarya benar dan salah kami kurang tau kebenarannya karna
masalah keyakinan dan kepercayaan
masing2…desa mawacara desa
kalapatra salam hormat kami ‘’ PANJI SEGARA _Art ‘’
MOGI MOGI TAN KENI CAKRAWIBAWA TULAH PA WIDHI_
MOGI MOGI TAN KENI CAKRAWIBAWA TULAH PA WIDHI_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar